Jenis pohon mana yang bertahan dan tumbuh paling baik saat merestorasi hutan rawa gambut yang terdegradasi?

Posting ini juga tersedia dalam bahasa Inggris di sini

Sementara kelestarian dan perlindungan hutan adalah yang terpenting, upaya yang besar sekali sedang berlangsung secara global untuk memulihkan hutan yang rusak dan hilang, terutama di daerah tropis. Dalam penelitian terbaru mereka, Smith dan rekan meninjau kelangsungan hidup dan pertumbuhan jenis pohon dalam proyek- proyek reforestasi lahan gambut tropis di seluruh Asia Tenggara.

Lahan gambut tropis mencakup area kecil secara global, tetapi merupakan penyimpan karbon yang padat. Kondisi tergenang air di lahan gambut, dekomposisi bahan tanaman yang lambat memungkinkan gambut kaya karbon menumpuk. Namun, nilai lahan gambut bukan karena karbon sahaja: mereka adalah rumah bagi banyak spesies flora dan fauna endemik dan yang terancam, dan penting bagi mata pencaharian dan budaya masyarakat setempat.

Di seluruh Asia Tenggara, deforestasi yang meluas, drainase dan degradasi lahan gambut menyebabkan hilangnya gambut dan risiko kebakaran yang lebih tinggi. Kebakaran lahan gambut berkontribusi terhadap polusi udara kabut regional dengan dampak kesehatan masyarakat yang besar. Seperti di habitat lain, gangguan pada habitat rawa gambut tropis dan pengambilan satwa liar juga meningkatkan risiko wabah penyakit infeksi baru yang bersifat zoonosis.

Picture1 indo
Lahan gambut yang terbakar dan terdegradasi di Tahura, Provinsi Jambi, Indonesia. Gambar: Stuart Smith.

Memulihkan hutan rawa gambut yang rusak dan terbakar merupakan tantangan dan memerlukan pertimbangan hidrologi, vegetasi, dan keberlanjutan mata pencaharian lokal. Tinjauan kami berfokus pada reforestasi lahan gambut tropis “aktif” – yaitu penanaman pohon. Langkah kunci pertama dalam hal ini adalah memilih dan mencari sumber spesies pohon untuk ditanam. Pengetahuan tentang spesies mana yang mungkin bertahan berasal dari percobaan dalam studi percontohan, pengetahuan lokal, dan pengalaman proyek reforestasi di masa lalu.

Sampai saat ini sintesis kuantitatif data pemantauan dari percobaan dan proyek penanaman sebelumnya masih kurang untuk lahan gambut tropis, sehingga membatasi akses ke pengetahuan ini. Kami melakukan tinjauan literatur sistematis yang pertama tentang kelangsungan hidup dan pertumbuhan spesies pohon yang ditanam di lahan gambut tropis Asia Tenggara yang terdegradasi, dengan mengumpulkan data pemantauan dari literatur yang diterbitkan dan juga literatur “grey” (yaitu literatur yang sulit diakses), misalnya laporan organisasi bukan pemerintah, dan dalam berbagai bahasa – bahasa Indonesia, Inggris dan Jepang.

picture3-smith Indo
Relawan menanam pohon di kerapah di Lumut, Brunei Darussalam. Gambar: Rahayu Sukri dan tim 2015.

Dari 94 proyek reforestasi yang diidentifikasi dalam tinjauan, kami menemukan 141 spesies pohon telah ditanam. Ini mewakili sepersepuluh dari potensi keanekaragaman flora pohon lahan gambut regional. Namun, meskipun perlu untuk memperluas jumlah spesies yang ditanam, tingkat kelangsungan hidup menjanjikan kelangsungan hidup rata-rata 62% dari pohon yang ditanam, berlangsung rata-rata 2,5 tahun sebelum 50% dari mereka mati.

Temuan kuncinya adalah bahwa spesies yang tumbuh lebih lambat bertahan lebih lama dalam proyek reforestasi. Tingkat kelangsungan hidup juga dapat diprediksi oleh beberapa sifat fungsional tanaman, seperti kandungan nutrisi daun dan kepadatan kayu, dapat meningkatkan potensi spesies penapisan untuk reforestasi berdasarkan sifat mereka.

picture-4-smith indo
Salah satu pohon lambat tumbuh yang berhasil dalam tinjauan sistematis – Alstonia spathulata ditanam untuk menghutankan kembali Hutan Lindung Klias, Sabah, Malaysia. Gambar: Reuben Nilson, 2007.

Hasil yang paling tidak konsisten dalam ulasan kami adalah dampak dari perawatan situs. Hal ini disebabkan oleh kurangnya penelitian yang mengadopsi desain eksperimen kontrol vs perlakuan. Sejumlah besar uang diinvestasikan ke dalam perawatan lokasi, seperti menanam bibit atas gundukan yang lebih tinggi dari tingkat banjir potensial. Namun, tanpa kontrol, ia adalah sulit untuk menentukan efektivitas perawatan-perawatan ini.

Untuk memajukan reforestasi rawa gambut membutuhkan penanaman lebih banyak spesies, melibatkan spesies yang tumbuh lebih lambat, uji coba penyaringan spesies dengan menggunakan ciri-ciri tanaman, dan pengujian perawatan yang memadai. Dalam melakukan tinjauan kami, kami menyoroti nilai pengumpulan dan berbagi data pemantauan.

Sebanyak 43 penulis berpartisipasi dalam tinjauan dengan banyak yang terlibat aktif dalam proyek reforestasi lahan gambut tropis. Di seluruh lahan gambut Asia Tenggara ada lebih banyak proyek restorasi, dan kami berharap tinjauan kami akan mendorong transparansi dan berbagi data untuk sintesis masa depan restorasi hutan rawa gambut dan hutan tropis lainnya.

Baca makalah lengkapnya Spesies pohon yang ‘hidup lambat, mati lebih tua’ meningkatkan restorasi rawa gambut tropis: Bukti dari tinjauan sistematis di Journal of Applied Ecology

2 thoughts on “Jenis pohon mana yang bertahan dan tumbuh paling baik saat merestorasi hutan rawa gambut yang terdegradasi?

Leave a comment